Tuesday, September 26, 2006

Klarifikasi Penyu


Terkait dengan postingan saya sebelumnya mengenai perjalanan ke Mahakam dan Samarinda, ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan dan klarifikasi.

Klarifikasi ini juga terkait janji kepada seorang teman. Teman yang sepertinya begitu kecewa dengan perbuatan saya sehingga saya bersyukur kami hanya bercakap-cakap via Yahoo Messenger. Seandainya waktu itu kami bertatap muka, bukan tidak mungkin ada bogem mentah bersarang di wajah atau perut saya, atau bahkan sebuah sayatan pada leher (terlalu ekstrim nov?)

Perkaranya memang bukan main-main. Klarifikasi ini adalah terhadap pengalaman saya memakan sebutir telur penyu ketika berkunjung ke Samarinda kemarin. Sebuah kenyataan yang sepertinya terlalu menyedihkan untuk diingat-ingat lagi. Maka dengan tulisa ini saya ingin mengklarifikasi dan menegaskan bahwa :


Saya sangat menyesal telah memakan telur penyu. Perbuatan tersebut adalah salah dan tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apapun, kecuali kalau mungkin kondisinya sudah darurat atau menyangkut nyawa manusia (misalnya, anda ditodong pakai pistol dan disuruh makan telur penyu itu, atau ada orang yang sakit parah sampai sekarat dan hanya bisa sembuh kalau makan telur penyu, atau suatu kondisi dimana TIDAK ADA LAGI YANG BISA DIMAKAN (termasuk tanaman liar) yang bisa dimakan kecuali telur penyu – suatu kondisi yang saya rasa sangat jarang terjadi). Dengan demikian, saya juga menghimbau kawan-kawan untuk tidak memakan telur penyu!!!


Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama mengenai per-penyu-an, di dunia secara umum, dan Indonesia pada khususnya

Pertama, penyu sekarang ini adalah binatang langka yang perlu dilindungi/dilestarikan. So, sebenernya gapapa makan telur penyu JIKA DAN HANYA JIKA penyu sudah bukan lagi binatang langka, atau apabila populasinya sudah sedemikian banyaknya sehingga berlebihan dan meresahkan biota laut yang lain (satu kondisi yang, lagi-lagi, saya rasa akan sangat sulit terjadi).


Kedua, penyu tidak bisa bertelur di sembarang tempat. Penyu memerlukan pantai yang sepi/tenang untuk bertelur. Telur yang dikeluarkan memang banyak. Akan tetapi, dari sekian ribu anak penyu di satu lokasi, sebenarnya hanya beberapa puluh yang bisa selamat sampai dewasa. Ini bisa jadi karena gagal menetas, dimakan predator waktu baru keluar pantai mau ke laut, atau dimakan predator di laut. Ini sebabnya, pertambahan populasi penyu sangat lambat.

Ditambah lagi, penyu hanya mau bertelur di pantai tempat kelahirannya. Suatu kondisi yang sangat luar biasa sebenarnya, mengingat mereka berkelana selama puluhan tahun sebelum bertelur, sejauh ribuan kilometer di laut lepas, sebelum akhirnya bisa kembali lagi ke tempat kelahirannya. Dibawah cahaya yang minim sekalipun, dan kemiripan kondisi pantai di seluruh dunia, penyu selalu bisa menemukan pantai kelahirannya itu untuk bertelur lagi. Subhanallah...

Ada beberapa penangkaran penyu di Indonesia.

Beberapa tempat yang saya ketahui adalah di Pantai Ujung Genteng (sukabumi), pulau Derawan di Kaltim, dan kawasan Cipatujah di pantai selatan Jawa. Selain 3 ini, sebenarnya ada banyak, tapi 3 inilah yang dulu sempat nyaris saya kunjungi, tapi karena satu dan lain hal, GAGAL (kesasar masuk hutan belantara di ujung genteng, jadi gagal ngeliat penangkaran penyu).

Penangkaran di Cipatujah merupakan kawasan penangkaran yang dinilai paling sukses di Indonesia. Meski begitu, dunia internasional menganggap bahwa kawasan Cipatujah ini masih sangat jauh dari kondusif sebagai tempat penangkaran penyu. Perlu diketahui bahwa Cipatujah telah porak poranda ketika tsunami menyerang Jogja dan sekitarnya beberapa waktu lalu. Satu kondisi yang menambah sulit kehidupan penyu di Indonesia. (seluruh informasi di paragraf ini didapat dari perbincangan dengan Nova)


Ketiga, dari film Finding Nemo yang diproduksi oleh Disney-Pixar, ada sebuah dialog antara bapaknya Nemo (Marlin) dengan seekor penyu laut (Mr. Crush), yang kira-kira begini :

Bapaknya Nemo : “How old are you anyway?”

Penyu Laut : “150 dude, and still young....”

Dari perbincangan itu, sebenarnya kita bisa merasa miris karena sebuah species yang bisa hidup sampai lebih dari 150 tahun dalam kenyataannya bisa terancam kepunahan. Manusia memang rakus. (dua paragraf ini pun, didapat dari Nova =D )

Sekian klarifikasi dari saya....

Semoga ini bisa membuka mata kita semua soal dunia per-penyu-an dunia...



NB (Nambah) :

Ketika di kampus dulu, kalau bicara soal beginian, pasti ada yang berargumen kalau kondisi kehidupan di Indonesia belum cukup kondusif untuk kita bicara mengenai hak-hak perikebinatangan, karena perikemanusiaan saja masih sering terlupakan di negeri ini. Setelah itu, tentu akan ada argumen mengenai betapa perburuan penyu dan penjualan telur penyu telah menghidupi banyak orang yang tidak dapat pekerjaan formal di Indonesia.

Akan tetapi, selayaknyalah kita berlaku adil terhadap semua makhluk, tidak terhadap manusia saja. Karena Allah SWT menugaskan kita untuk menjadi pemimpin di bumi, bukan hanya bagi sesama ummat manusia saja, tapi bagi semua makhluk. Maka kita juga harus adil terhadap penyu.

Perkara banyaknya pengangguran di Indonesia adalah karena kegagalan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja formal di Indonesia, dan kegagalan masyarakat Indonesia dalam membangun budaya kemandirian atau wirausaha. Tidak adil kalau segala akibatnya lantas kita lemparkan pada makhluk hidup lain, termasuk merugikan penyu! Ini berarti kita sudah tidak berlaku adil.

Inilah mengapa, kita perlu menjaga kelestarian sumber daya alam (termasuk hutan, minyak bumi, hewan, dsb), karena bila tidak, maka suatu saat nanti, tidak akan ada yang tersisa lagi untuk kita dari alam. Dan saat itu terjadi, manusia pun akan punah dengan sendirinya.

Demikian, terima kasih.


Keterangan :
gambar diambil dari :
- http://pplhbali.or.id
- http://kompas.co.id
- http://kehati.or.id
- http://grandcaymancruisexcursions.com
- http://harunyahya.com
- http://allposters.com

No comments: