Monday, May 22, 2006

"Kebenaran" dalam Oprah?? Sebuah Strategi Konspirasi?? Or simply, business as ussual??

Sejak beberapa bulan yang lalu, e-mail saya (yang kebetulan mengikuti mailing list lebih dari satu) banyak sekali menerima forward-an email mengenai telah disampaikannya "kebenaran" dalam acara talkshow Oprah di Amerika sana (Di Indonesia disiarkan di Metro TV). Mungkin sebagian dari kita telah terlanjur berbesar-besar hati mendengar kabar disampaikannya "kebenaran" dalam acara Oprah di amerika itu, tentang bagaimana berubahnya pandangan seseorang terhadap keluarga muslim setelah dia hidup didalamnya...
objektifitas dan keberanian yang cukup menjadi oase ditengah pandangan rasis masyarakat sana terhadap Islam.

E-mail itu sendiri, pada mulanya ternyata adalah tulisan dari seorang kawan saya yang diposting di multiply-nya, kemudian diforward oleh banyak orang. Bahkan ada sebuah organisasi yang lantas menyebarkannya tanpa menyebutkan asal tulisan itu, dan seolah "meng-klaim" bahwa tulisan itu adalah hasil karya dari mereka. wallahualam...


tetapi...

yah, mungkin cuma perasaan saya aja...

di episode Oprah hari sabtu lalu (ato minggu ya? lupa saya. tapi emang saya kebetulan nonton), saya jadi lumayan kecewa dengan acara itu.

episode itu sebenernya ga mengenai Islam (lagi), tapi mengenai orang-orang yang terlibat dengan beberapa kejadian penting. yang pertama dihadirkan adalah petugas check-in bandara yang bertugas saat terjadinya peristiwa 9/11, yang kedua adalah orang yang pertama kali datang ke TKP dan memberi pertolongan pertama pada Putri Diana dari Inggris saat Putri Diana kemudian meninggal karena kecelakaan di tahun 97, dan tamu ketiga adalah sepasang suami istri, entrepreneur yang menciptakan Banana Republik. Sesi 2 dan 3 ga saya bahas. saya mau bahas yang sesi 1 saja, yang menghadirkan si petugas check-in bandara saat 9/11.

tamu itu, seorang pria yang sepertinya sudah mendekati umur 60, atau minimal pertengahan 50an, mengalami depresi berkepanjangan yang cukup traumatik, karena dialah yang melakukan proses check-in terhadap 2 orang penumpang yang kemudian ternyata menjadi pembajak pesawat yang mereka tumpangi. pesawat itu adalah salah satu pesawat yang kemudian menghancurkan WTC. Meskipun dia mengaku sudah menjalankan semua prosedur dengan benar, dia tetap merasa menyesal dan mengaku tidak bisa lagi tidur dengan nyenyak, Apalagi setelah mengetahui bahwa seorang rekan kerjanya yang melakukan validasi akhir boarding pass pada 2 penumpang itu kemudian melakukan bunuh diri karena depresi.

Meskipun Oprah kemudian menenangkan dia dengan mengatakan bahwa dia sudah melakukan prosedur yang benar (sehingga kejadian itu bukan kesalahan dia), tapi pria itu tetap menyesal. Mengapa?

Dia menerangkan panjang lebar. dia menyesal karena tidak melakukan pemeriksaan secara lebih teliti pada 2 penumpang itu, sementara saat kejadian, dia sudah mempunyai "feeling" (firasat) yang kuat bahwa "those looks" (tampang-tampang seperti itu) adalah "the looks of terorists" (tampang-tampang teroris). dia menegaskan lagi, kira-kira "if those looks aren't the looks of terrorist, then I don't know which are" (kalau tampang-tampang kaya begitu bukan tampang teroris, maka saya ga tau tampang seperti apalagi (yang merupakan tampang teroris) ). "When I look into his eyes, I see evil, the darkest eyes that still haunts me, even untill now" (waktu saya ngeliat matanya, saya ngeliat kejahatan (setan), mata tergelap yang masih menghantui saya, bahkan sampai sekarang). Mata itulah yang dia akui menjadi penyebab ketidaknyenyakan tidurnya sampai sekarang, dan trauma paranoik setiap melihat orang bertampang seperti itu.

Maksud dia, yang dijelaskan berulang-ulang kemudian, adalah, dia punya firasat kalau orang2 dengan tampang seperti itu kemungkinan besar teroris, sehingga lain kali kalau bertemu dengan orang2 bertampang seperti itu, dia akan menganggap atau memperlakukannya seperti calon teroris. ini supaya kejadian serupa tidak terulang lagi.

Oprah tidak banyak menyangkal, tapi juga tidak mengamini/menyetujui ucapan2nya. diluar biasanya, Oprah tidak banyak beropini pada sesi ini. Sepertinya, oprah tidak mau menyinggung tamunya yang sedang bercerita dengan penuh perasaan. Bisa dipahami kalau perasaan maupun stigma terhadap "orang2 bertampang demikian" bisa timbul dalam benak si tamu karena penyesalan terhadap kejadian 9/11 itu. bagaimanapun, dia telah memvalidasi tiket dari orang2 yang kemudian ternyata membajak pesawat dan menghancurkan WTC. Meski begitu, tentu Oprah juga mengetahui kalau sikap seperti itu adalah sangat rasis. Ya, sikap rasis murni, menilai atau menjudge seseorang atau satu kelompok berdasarkan "tampang". Dan memang, ditampilkan berulang-ulang foto kedua penumpang yang kemudian diidentifikasi sebagai pembajak itu. seperti sudah bisa ditebak, tampang orang2 yang sepertinya dari jazirah arab. tanpa kumis dan jenggot memang, tapi tetap saja tampang arab (yang kemudian menimbulkan "firasat" buruk si petugas check-in bandara itu). Mata gelap yang banyak diulang itu tentu merujuk pada warna bola mata etnis arab (dan juga melayu) yang memang berwarna gelap (hitam atau coklat tua). Alasan lain oprah tidak banyak beropini, kemungkinan karena waktu terbatas, berhubung acara itu dibagi 3 sesi. Pun penonton tidak terlalu banyak bereaksi.

Oprah kemudian mengungkapkan bukti2 dari bandara yang kemudian mengkaitkan kedua penumpang itu sebagai "tersangka" teroris yang membajak pesawat dan menghancurkan WTC. Salah satu tas dari kedua orang itu ternyata tertinggal di bandara. didalamnya, ditemukan software flight simulator untuk pesawat boeing dan secarik kertas yang sepertinya adalah sebuah surat dan tulisannya berjudul "God Allmighty in Arabic language" (sepertinya tulisan itu adalah tulisan basmalah atau takbir, sy ga tau yang dimaksud) di bagian atasnya.


Usai menontonnya, saya kecewa. betapa satu kejadian dan satu "sharing" dari seorang saksi hidup bisa menimbulkan aura rasis yang terasa kental terhadap satu bangsa (dalam hal ini, Arab) dan nilai-nilai yang sering dikaitkan dengannya (dalam hal ini, Islam).
Saya rasa, Oprah, sebagai seorang afro-amerika yang rasnya juga banyak merasakan rasisme di dunia barat (udah pernah nonton film "Crash"? film hollywood yang bercerita tentang rasisme di Amerika), sedikit banyak juga agak resisten dengan itu (yang saya perkirakan dari perilaku Oprah selama sesi itu)...


hmmm...


bagaimana pendapat teman-teman??

No comments: