“Doa Nabi Yunus Assalamualaikum Kalau berita 'lain' mudah di forward , harap yang di bawah ini pun bisa di forward ke rekan - rekan lain juga JGN DELETE !!! walaupun sebelum ini udah pernah terima semacam ini dan juga udah pernah fwd pada kawan-kawan . Kerja baik buat selalu .. Doa Nabi Yunus saat terperangkap di dalam perut Ikan Nun... "LAA ILA HA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZ ZHALIMIIN" Kirimkan kepada 10 orang, insyaallah Allah akan memecahkan segala kesulitan dan kebuntuanmu!”
“FRIENDS DAY : Katanya Hr ini adl hr persahabatan s'dunia, krm pesan ini ke smua sahabat2 kamu, jika aku salah satunyanya, kirim blik pesan ini! Liat brp banyak kamu dpt pesan blik.Klo lbh dr7 mk km adl org kesayangan.”
Anda pernah mendapat pesan-pesan seperti di atas ???
Untuk teman teman yang cukup aktif menggunakan fasilitas Yahoo Messenger, saya rasa pernah menerima pesan semacam ini.
Tak bisa disangkal, yahoo messenger dan e-mail saat ini terbukti bisa menjadi salah satu media penyampaian pesan sekaligus pengopinian massa yang cukup dominan. Bayangkan, dalam hitungan detik (yang tidak mencapai 60) setelah saya menerima pesan-pesan semacam itu, rata-rata bisa 4 kali kemudian saya menerima pesan yang sama, dari orang yang berbeda. Tentu teman2 tidak asing dengan fenomena ini.
Berarti yang terjadi adalah :
seseorang menulis sebuah pesan, memiliki list teman yang lumayan banyak, lalu mengirim pesan tersebut ke semua temannya. Teman2nya yang mendapat kiriman tersebut, mungkin sekitar 20%nya, memforward pesan tadi ke semua teman2nya yang ada di listnya masing-masing. Begitu seterusnya sehingga sampai ke saya. Nah, kalau saya juga memforward pesan itu ke “all in group”, tentu termasuk orang yang tadi mengirimkannya pada saya. Nah, artinya, kalau saya menerima kembali pesan tersebut sebanyak... sebutlah 5 kali... berarti ada 5 orang dalam list YM saya yang meneruskan pesan itu ke semua orang dalam list YM-nya, yang didalamnya termasuk alamat saya.
Nah, kalau pesan itu bisa sampai kembali ke saya dalam hitungan detik. Artinya, setelah saya melakukan proses forward, hampir tidak ada waktu yang digunakan oleh orang yang kemudian memforward pesan itu untuk melakukan satu proses filterisasi atau perenungan mendalam mengenai isi pesan tersebut, sebelum ia memforwardnya kembali.
Begitu seterusnya...
Lalu kenapa??
Lalu... anda yakin dengan apa yang disampaikan dalam pesan2 itu??
YM dan e-mail ternyata telah berkembang menjadi satu fasilitas pewartaan massal yang terbukti efektif dalam hitungan waktu yang tergolong sangat singkat. Hitungan detik! Walaupun tentu saja, ia hanya efektif pada kalangan urban atau mereka yang akrab dengan internet. Kalau anda ingin melakukan pengopinian massa, media seperti koran, majalah, tivi, atau bahkan radio, saya rasa masih kalah efektif dibanding YM (untuk kasus masyarakat urban).
Masih ingat bagaimana dulu jumlah konsumen Hoka-hoka Bento bisa langsung drop setelah berkembang e-mail yang mempertanyakan kehalalannya? Atau bagaimana jumlah konsumen teh celup sariwangi berkurang cukup signifikan setelah beredar e-mail mengenai bahaya chlorox pada kertas pembungkus teh celup? (yang lucunya dalam selang beberapa hari diikuti dengan kemunculan satu produk teh bernama NutriTea yang berupa serbuk, dan tentu saja terlepas dari bahaya chlorox).
Tapi, kenapa ya para pengguna internet bisa sedemikian percaya pada internet?? (ya Allah, dimana sabdaMu ditempatkan dalam urutan kebenaran yang dipercaya oleh manusia saat ini??? à teringat pada tulisan Kendi mengenai ”baso tikus”) Padahal, berita di internet sangat sulit dikonfirmasi atau dicek kebenarannya...
Menurut saya, kelebihan YM dan e-mail justru terletak pada kesulitan untuk mengkonfirmasi itu!!! Kalau misalnya saya bilang bahwa produk X itu haram melalui TV, tentu produsen produk X akan segera menghubungi saya, kemudian mengklarifikasi hal itu melalui TV juga. Tapi internet?? tidak... orang biasanya tidak terlalu peduli mengenai benar/tidaknya... pengguna internet cenderung mengambil kesimpulan sendiri, atau cukup berhenti pada pertanyaan ”bener nggak ya???”. Nah, pertanyaan ”bener nggak ya?” inilah yang menjadi kekuatan utama e-mail dan YM, karena ia tidak memunculkan keputusan, tapi menimbulkan keraguan. Dan keraguan adalah pintu yang terbuka lebar bagi pengopinian massa... Maksud saya, misalnya untuk kasus Hokben, bukanlah kepastian mengenai halal/haram yang membuat orang sempat berhenti mengkonsumsinya, tapi justru keraguan yang tidak berusaha dipecahkan.
Para pelaku pasar nampaknya sudah mempelajari celah ini, dan memanfaatkannya. Saya cukup yakin, dalam tahun2 kedepan, kemunculan sebuah produk sebelumnya akan diawali dengan satu bentuk pengopinian yang bisa menimbulkan keraguan terhadap produk serupa yang sudah lebih dulu mapan...
Ini untuk konteks ekonomi...
Siapa yang bilang bahwa hal ini tidak bisa dimanfaatkan dalam konteks lain?? Politik jelas bisa memanfaatkan hal ini. Dan kalau politik sudah bisa masuk, artinya semua aspek juga bisa masuk disini...
Sekarang coba perhatikan contoh pesan ”doa nabi Yunus” diatas...
Ada yang tau itu referensinya dari mana??
Yang ilmu tafsirnya hebat, ada yang tau doa itu artinya apa??
Kalau tidak ada yang mempertanyakan, artinya, dengan sidikit bungkus dan bumbu ”agama”, saya bisa memainkan pemahaman orang kapan saja bukan?? Maksud saya begini, kalau misalnya saya menuliskan satu doa yang isinya jelek, misalnya sebutlah saya mendoakan supaya setan merajalela di dunia (ini contoh loh!), lalu saya bahasakan dalam bahasa arab, lalu saya bilang bahwa ini adalah doa yang baik untuk diucapkan pada pagi atau sore hari, lalu saya bilang kalau anda menyampaikan ini ke orang lain, maka anda sudah berdakwah... bagaimana ya hasilnya???
Tentu ada yang bisa menafsirkan do’a itu.
Tapi tentu ada yang tidak bisa toh?
Nah, kalau yang tidak bisa itu (dan tidak memfilternya/berusaha mencari tau dulu) kemudian memforwardnya, dan prosesnya terus berantai kemana2 dalam hitungan detik... bukankah saya telah berhasil membuat semua orang mendoakan kejayaan setan??
Satu hal yang sepertinya menjadi fenomena umum, budaya klarifikasi dan filterisasi nampaknya telah dilupakan dalam dunia YM dan e-mail....
Pertanyaannya sekarang adalah... Kenapa para pengguna YM begitu ringan tangan untuk melakukan proses forward tadi?
Memang, kalau e-mail2 atau pesan2 dalam YM yang berisi permohonan bantuan (misalnya, butuh darah, atau butuh dana untuk operasi, dsb), atau berita duka cita (ada yang meninggal, dsb), biasanya cepat disebar, tanpa filter (ini jelas lebih efektif dibanding sms). Ini wajar saja.
Tapi kalau yang lucu2 seperti ... contoh ”hari persahabatan sedunia” diatas (plis dong), atau e-mail2 yang bernada mengancam seperti... ”kalau ga dikirim ke 10 orang, anda akan bernasib buruk”, atau e-mail2 yang bernada memberi pepesan kosong seperti... ”kirim ini ke 10 orang sekarang, 7 hari lagi bakal dapet duit” atau ”kirim ini ke 25 orang, besok dapat kejutan atau dapat keberuntungan”, atau yang bernada memberi perasaan ga enak seperti... ”kalau anda menghapus ini, anda ga punya hati!” atau yang memberi perasaan enak seperti... ”kalau ngeforward ini dan orangnya ngeforward balik ke anda, berarti anda sangat berarti bagi teman2 anda...”... Kalo yang beginian, kenapa ya orang ngeforward???
Dari survey kecil2an yang saya lakukan, didapat beberapa kesimpulan...
Pendapat terbanyak, tentu saja alasan ”iseng”. Iseng dalam pengertian, ”yaaah, apa susahnya sih, tinggal klik kanan, pilih send to all in group, copy paste, selesai!” ato... ”yaaah, daripada ga ada yang dikirim, milis sepi gini...” ato... ”pusing mikirin ah, bodo! Tinggal forward aja kok repot”...
Nah, inilah yang biasanya mengemuka. Mungkin inilah satu-satunya alasan yang ”aman” untuk diucapkan, tapi justru ”berbahaya” untuk dipraktekkan. Alasan iseng inilah yang bisa menumbuhsuburkan penyimpangan2 dalam pengopinian massa seperti yang saya tulis diatas. Bener ga???
Yang kedua... ini dia... itung2 bantu orang, atau... yaah, itung2 dakwah, atau... yaaah, itung2 nunjukin perhatian ke temen.
Dari beberapa diskusi bersama beberapa kawan, alasan2 inilah yang kemudian membuat kami membuat beberapa turunan mengenai alternatif alasan2 lain yang bisa muncul. Misalnya untuk e-mail2 yang bernada mengancam (”kalo ga ngeforward, anda akan sial!”), nah, dia ngeforward ini bisa karena setuju dengan content, atau simply karena takut sial. Untuk e-mail2 yang bernada memberi pepesan kosong (”kalo forward ini, anda akan beruntung dalam 7 hari kedepan”), nah, seseorang bisa ngeforward ini karena setuju dengan content, atau simply karena pengen beruntung, pengen duit, dsb2. Dan alternatif terakhir yang masuk dalam diskusi kami (thanks to: Ipin) adalah : ”PENCITRAAN”.
Lho? Maksudnya pencitraan?? Maksud saya adalah, misalnya untuk e-mail2 yang bernada persahabatan (”kalo lu ngeforward ini, lu best friend bangat dah”) misalnya, kemungkinannya ada 2. Pertama, dia setuju dengan content dan ingin menyampaikan salam pada sahabatnya, atau simply karena ”saya ingin dicitrakan/dilihat sebagai orang yang bisa bersahabat dengan siapa saja”. Untuk e-mail2 yang bernada bikin ga enak (”kalo lu ga forward ini, lu ga punya hati!”), bisa karena memang dia baik hati, bisa juga karena tidak ingin dicitrakan sebagai orang jahat...
Dan untuk e-mail2 atau pesan2 YM yang bernada ”relijius”, terlepas dari seseorang paham substansinya atau tidak, seseorang bisa memforward karena ia memang relijius atau memang senang berdakwah, sedang belajar untuk menjadi relijius dan ingin belajar menapaki jalan dakwah, atau simply karena... ia ingin dicitrakan sebagai seorang yang relijius...
Urusan ”pencitraan” ini nampaknya adalah alasan yang paling terselubung. Bahkan bisa jadi seseorang tidak tau atau tidak menyadari bahwa jauh di lubuh pikirannya, ia sedang berusaha melakukan hal ini. Inilah yang sebenarnya justru paling berbahaya, karena mungkin inilah yang paling berpotensi untuk menggerus sesuatu yang biasa kita sebut...keikhlasan.
Hmmmm.... YM dan e-mail... dalam hitungan detik, anda sudah bisa menjangkau seluruh dunia (yang memiliki akses internet tentunya =P )
Bagaimana dengan blog?? Bukankah blog pun adalah sebuah sarana pencitraan diri??
Seandainya di blog ini saya tidak pernah menceritakan bahwa saya merokok, dan isi tulisan saya misalnya mengutuk orang2 yang merokok... tentu anda tidak akan tau kalau saya seorang perokok bukan??? Dan pencitraan saya berhasil...
Dalam dunia maya, perkaranya seringkali bukanlah ”siapa saya”, melainkan ”siapa saya di mata orang lain..”
No comments:
Post a Comment