Wednesday, October 28, 2015

The curious case of Donna ITB

Agak tercekat sendiri ketika melihat blog ini dan baru menyadari sudah 3 tahun sejak terakhir posting.

Pada edisi kali ini saya ingin bercerita tentang Donna, seorang figur yang cukup menarik untuk mereka yang pernah kuliah di ITB kampus Ganesha. Menarik karena... sepertinya hampir tidak ada yang tahu persis dari mana ia berasal, mengapa ia ada di kampus, dan sepertinya tidak ada yang tahu juga apakah nama aslinya memang Donna atau bukan. Seluruh keberadaannya di kampus sepertinya terselubung misteri, gosip, isu, dan analisa yang entah mengada-ada atau berdasar fakta.

Satu hal yang jelas, sebagaimana pada awalnya tentu juga dilihat oleh semua mahasiswa yang tahu tentang Donna, ia terlihat sebagai orang yang kesadarannya bermasalah dan secara random berkeliaran di kampus saja. Tapi benarkah? untuk apa?

Pada masa-masa awal kuliah saya di ITB, beberapa kali saya melihat Donna, dan menjadi lebih sering ketika saya mulai menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan di kampus. Pada suatu ketika kemudian seorang kawan, yang nampaknya gemar mengorek gosip-gosip kampus, menceritakan sebuah cerita tentang Donna. Kabarnya Donna ini dulu adalah seorang mahasiswi, punya pacar yang entah sesama mahasiswa juga atau seorang dosen. Singkat cerita, Donna lantas hamil tapi kemudian ditinggalkan oleh sang kekasih. Depresi kemudian membuatnya menjadi gila. "Oooo..." jawab saya ketika itu, karena sejujurnya saya tidak tertarik dengan informasi demikian.

Ketertarikan terhadap Donna kemudian muncul karena ia hampir selalu hadir apabila ada acara atau keramaian di kampus. Mengapa? apakah ia sekedar tertarik ke keramaian seperti laron tertarik pada cahaya? Atau ada hal lain?

Seorang penggiat kampus yang dilabeli status "aktivis" kemudian menghadirkan cerita lain pada saya. Konon katanya Donna ini tidak gila, tetapi ia adalah seorang intel dari polisi, tentara, atau apalah. Kabarnya ia diterjunkan ke kampus ITB karena kampus ITB salah satu yang aktif pada medio tahun 90an. Itu menjelaskan mengapa Donna selalu hadir apabila ada keramaian di kampus, karena ia harus tahu pergerakan mahasiswa yang sedang terjadi. Lagi-lagi, jawaban saya hanya "Oooo....". Bedanya kali ini, saya lebih tertarik dibanding sebelumnya.

Tetapi ternyata bukan hanya saya yang tertarik dengan keberadaan Donna. Selidik punya selidik, ternyata hampir semua kawan di kampus ini setidaknya pernah mendengar 1 atau 2 versi tentang Donna. Versi terkuat adalah yang mengatakan bahwa ia seorang intel.

Saya sendiri sebenarnya sempat beberapa kali berinteraksi dengan Donna. Karena dulu sering tinggal sampai larut malam di kampus, dan sering kali juga tidak ada teman untuk diajak berbicara, Donna menjadi satu-satunya pilihan teman bicara yang lebih wajar dibanding saya mengambil bola voli dan digambari wajah lalu diberi nama Wilson. Tentu saja, namanya bicara dengan orang "gila", reaksi yang saya dapatkan dari Donna seringkali acak. Seperti waktu itu saya menyapa "Lagi ngapain, Don? gak pulang?", dan reaksi dia adalah menoleh lalu tertawa-tawa sambil bercerita soal Persib. Pernah juga ketika saya ajak berbicara kemudian dia bernyanyi "killing me softly". Dan pernah juga sebenarnya ia menjawab pertanyaan saya dengan lugas layaknya tidak ada yang bermasalah dalam otaknya. Lebih sering, ia tidak menanggapi sama sekali. Tetapi dari interaksi-interaksi itu, entah mengapa saya memang lebih menangkap kesan bahwa ia sebenarnya tidak gila.

Lantas apakah memang ia seorang intel? tentu, cerita soal ini bertebaran dimana-mana. Ada isu bahwa seorang mahasiswa sempat memergoki Donna sedang di suatu tempat, merokok dan nampak sedang bicara serius dengan beberapa orang polisi yang sepertinya berpangkat. Tapi benarkah itu? tidak ada yang tahu pasti. Jangan-jangan waktu itu memang ia sedang terkena razia saja. "Tapi waktu itu katanya dia pakai seragam wan!". Intel bodoh mana yang pakai seragam polisi di tempat umum...

Untuk saya sendiri, kecurigaan saya memang sempat timbul pada suatu masa ketika Donna untuk beberapa hari tidak ada di kampus. Anehnya, ketika itu ada orang "gila" lain yang kemudian beredar di kampus. Kali ini seorang bapak-bapak. Polanya sama, bapak ini juga muncul ketika ada keramaian, dan sering beredar dekat tempat aktivitas mahasiswa, sekretariat unit, dsb. Lalu ketika Donna muncul kembali, bapak-bapak itu hilang.

Beberapa bulan yang lalu dalam sebuah perjalanan dari Bandung ke Jakarta, saya berbincang dengan seorang kawan dan entah bagaimana ceritanya lantas menyerempet pembicaraan tentang Donna. Seperti biasanya, kawan saya ini juga tidak tahu persis siapa Donna. Informasi yang banyak beredar tentang Donna ini sejak dulu memang selalu "kata teman saya", atau "teman saya punya teman yang pernah melihat Donna begini begitu", atau "konon katanya (entah kata siapa), Donna ini begini begitu". Selalu begitu sampai sekarang.

Sekedar untuk memuaskan rasa penasaran kami, kawan seperjalanan saya ini kemudian menelpon seorang kenalannya yang lulusan ITB juga tapi dari angkatan awal 90an. Ternyata, ia tidak tahu perihal Donna. Demikian juga seorang kenalan saya yang ITB angkatan 92, ia tidak tahu Donna itu siapa. Tapi di tahun 1996 konon Donna sudah sering muncul. Dari sini kami perkirakan Donna pertama muncul di ITB sekitar tahun 1995.

Seperti halnya banyak orang lain, saya tetap tidak tahu Donna itu siapa, asalnya dari mana, tujuannya apa (dan nomor telponnya berapa). Tapi yang jelas, ia secara konsisten memang ada di kampus. Tidak pernah kekurangan baju, kadang kurus kadang gemuk tapi yang jelas ia bisa makan dengan baik, dan saya tidak tahu dengan pasti apakah ia setiap malam tidur di kampus atau ia punya tempat pulang yang lain.

Yang jelas, kalau memang ia seorang intel, maka pengabdiannya pantas diacungi jempol karena sudah 20 tahun lebih ia bertugas di ITB. Pengabdian yang hanya bisa disamai oleh legenda-legenda semacam Sir Alex Ferguson atau Xavi Hernandes. Kalaupun memang ia seorang intel, saya bayangkan tentu pangkat dan jabatan (dan mungkin gajinya) juga tentu sudah jauh meningkat dibanding ketika pertama kali ia bertugas. Lalu, apakah ia punya keluarga? siapa yang selama ini mengurusnya?

Hal lain... mungkin adalah wajar ketika polisi merasa perlu menerjunkan intel di ITB pada medio 90an, ketika pergerakan mahasiswa ekskalasinya sedang meningkat dan ITB pun punya peran yang tidak kecil. Tetapi sekarang? Apa pula perlunya ia masih bertugas di kampus ITB? Kenapa ia belum dibebastugaskan saja?
Lagipula, hampir seluruh mahasiswa yang tahu tentang Donna sudah bisa dengan yakin mengatakan kalau ia seorang intel. Apa gunanya tetap menerjunkan seorang intel ke tempat dimana semua orang sudah tahu ia intel? Coba saja anda search "Donna ITB" di google (terserah dengan 1 N atau 2 N). Tulisan mengenai betapa ia adalah seorang intel sudah beredar di seantero dunia maya.

Lantas kenapa ia masih ada di kampus? Apakah seluruh per-intel-an ini hanya halusinasi mahasiswa-mahasiswa "waras" saja, dan sebenarnya Donna memang tidak waras? Lantas yang waras siapa?

Sebagai penutup, saya ingin share sebuah video yang tidak sengaja saya temukan di youtube. Yang upload namanya "Ranger merah". Video yang indah soal Donna. Silakan klik di link ini: https://www.youtube.com/watch?v=3JJVK9zPra8