Thursday, November 15, 2007

Keajaiban (Episode 2)



TADAAAAAAAA !!!!!!!!!


Saya kembaliii !!!! =D

PENTING banget kan? =p

Yah, tadinya memang saya berniat untuk meneruskan tulisan mengenai "keajaiban" (yang saya tulis sebelum ini). Sudah ada beberapa pikiran yang melayang-layang minta dituliskan mengenai lanjutannya.

Akan tetapi...

Yah, walau bagaimanapun, kadang-kadang kita perlu mencoba bersikap responsif.
Jadi, ada sedikit perubahan rencana. Sepertinya tulisan Keajaiban episode ke-2 tidak akan dikeluarkan sesuai rencana. Sebagai gantinya, dalam judul tulisan yang sama, tulisan ini akan berisi tanggapan balik dari semua komentar yang masuk dari para pembaca episode ke-1.
Untuk menyingkat tulisan, saya tidak akan menulis ulang komentar-komentar tersebut. Saya akan langsung tulis tanggapan baliknya. Jadi mohon maaf, kalau pembaca mau baca komentar-komentar tersebut, silahkan klik kolom komentar di tulisan sebelumnya, atau klik di SINI.

Bagaimana? cukup responsif bukan? =D

Mari kita mulai...

  1. Untuk "RoSa" : Iya bu... soal yang kemarin :D
  2. Untuk "Ipin Jangkrik!" : Iraha atuh? sibuk wae maneh mun urang ka bandung. Gw ragu kalo kita "beda arah". Cuma kita taulah bagaimana tulisan sering menimbulkan penafsiran yang salah. Kemungkinan lu salah menafsirkan tulisan gw pin.
  3. Untuk "teeka" : Dan ternyata ga jauh-jauh, kita mengalami hal yang sama :))
  4. Untuk "catuy" : Ya karena ternyata lu udah menuliskan komentar itu, berarti kita bisa yakin kalo perihal lu nulis komen itu adalah takdir lu dong tuy, dan tulisan gw cuma jalan lu buat memenuhi takdir itu :)) Ya. tentunya Allah menyebut dengan dua nama yang berbeda ("qadha" dan "qadr") itu ada alasannya kan? Tapi yang gw tangkep dari komentar lu ini sih tuy... lu juga bingung mau nulis apaan :)) Yang lu tulis di komentar lu itu udah pernah ditulis di puluhan buku kan? Dan kita tau itu ga nyambung sama pertanyaan gw. Tentu lu punya pikiran sendiri...
  5. Untuk "fathy" : Ga ada yang bilang kalo kita "tak butuh lagi berdoa" kan dra? :p saya pun ga bilang begitu kan? justru sekarang-sekarang ini saya sangat menikmati doa... :)
  6. Untuk "noel" : Sebenernya ini bukan sebuah "interpretasi lain terhadap apa2 yang udah umum". Saya ga terlalu tertarik untuk menimbang-nimbang apakah interpretasi ini sesuai dengan "interpretasi umum" atau tidak. Ya ini sekedar interpretasi yang saya rasakan. Tapi bukan berarti saya sendirian juga. Saya insyaAllah yakin ada banyak juga orang berinterpretasi seperti ini. Ya, insyaAllah dengan interpretasi ini saya malah lebih ngerasain kehadiran Allah mas... soalnya saya ga lagi mikirin apakah doa itu dikabulkan atau engga. Itu terserah Allah. Saya cuma mau ngobrol sama Allah saja. Apa itu malah bisa menjauhkan ya?
  7. Untuk "aku" : Iya... masih inget kok mbak :) apa kabar? sama-sama, selamat idul fitri... mohon maaf lahir batin ya mbak. Iya, mungkin memang hanya itu yang Allah minta dari kita... Yang jelas, konon katanya, salah satu syarat supaya do'a kita dikabulkan itu justru saat kita bener-bener pasrah, dalam pengertian udah terserah Allah aja gimana dan kapan itu dikabulkannya. Iya kan? :) Jadi ironinya disini adalah, kita boleh berharap sesuatu pada Allah, tapi kita harus benar-benar pasrah mengenai bagaimana harapan itu akan dikabulkan olehNya. Lucu juga kalo dipikir-pikir... Allah selalu memaksa kita berada dalam prinsip "jalan tengah" untuk perilaku sehari-hari. Bener nggak mbak?
  8. Untul "teqo" : Ya, dan yang tentu ada salahnya juga :))
  9. Untuk "masadi" : Salam kenal juga. Kenapa atuh ga pernah komen? :p Pertanyaannya sekarang adalah... apakah lauhil mahfudz itu bertuliskan apa-apa yang AKAN menjadi jalan hidup kita (masa depan yang akan kita jalani nanti), atau apa-apa yang SUDAH kita jalani (masa kini dan masa lalu yang akan kita pertanggungjawabkan nanti di akhirat) ?? Atau keduanya?? Sepertinya Anda terlalu saklek dalam memandang mas... termasuk dalam men-judge tulisan saya ini =) Saya bukan penganut faham bahwa manusia tidak bisa mengubah takdir (atau setidaknya, mungkin "qadr" kita ga bisa ubah, tapi "qadha" itu buat sy masih misteri). Saya juga (sudah) tidak berpikir bahwa surga dan neraka ditentukan sejak awal, karena itu tadi, qadha belum ditentukan.
  10. Untuk "ika" : iya, sepakat, perantara antara makhluk dengan Sang Khaliq. Iya, sepakat semua sama yang ika tulis, kan tulisan saya ga ada yang bertentangan sama komentar yg kamu tulis ka? =p yah, kalo kita sudah mengakui kerendahan hati dan ketidakberdayaan kita, kita memang akan jadi tenang kan? karena yakin Allah akan menjaga kita, dan memberi yang terbaik buat kita (yang belum tentu sesuai dengan keinginan kita itu). Betul? Lantas apa yang ika ga sepakati mengenai korelasi doa dengan rasa PD dan ketenangan? Apa ada tujuan lain selain itu ketika kita berdoa? Kalau ada... kenapa?
  11. Untuk "saia" : betul sekali... sepakat dengan Anda.
  12. Untuk "Rhen" : Wsw. Ah...Anda ini... komentarnya seperti menjudge saya ya? =p sayangnya... saya rasa Anda tidak membaca tulisan saya sampai tuntas. Atau setidaknya, Anda bacanya sekedar "scanning" saja kan? =p Coba Anda baca lagi pelan-pelan... ada nggak pernyataan dalam tulisan saya itu bahwa saya "sok tak perlu do'a" ? =) Kalaupun ada, bukankah itu dalam bentuk pertanyaan yang kemudian saya jawab sendiri? =p lebih jauh lagi...beberapa paragraf terakhir saya itu... apakah mengisyaratkan kalau saya tidak lagi butuh doa?
  13. Untuk "nien" : hehehe... nggak terguncang berarti sering mikir gini juga ya? =p btw, blog situ tulisannya juga keren-keren.... iya, semoga bisa lebih produktif...
Nah, demikianlah pembaca yang budiman... tanggapan saya akan komentar kawan-kawan sekalian...

Beberapa hal yang saya tangkap dari komentar-komentar yang masuk tersebut adalah...

pertama, sangat jarang yang membaca (apalagi menyimak) tulisan saya sampai tuntas :)) Tentu saja, ini adalah kesalahan saya yang sampai sekarang masih belum mampu menulis dengan efektif dan efisien :p

kedua, bahasa manusia kadang tidak mempu menuliskan apa yang benar-benar kita rasakan. Seperti orang bijak dulu yang meminta seorang muridnya untuk menuliskan bagaimana harumnya bunga. Tentu tulisan ini tidak bisa menggambarkan semua yang dirasa. Dan itu ternyata terbukti bisa menimbulkan banyak penafsiran yang berbeda-beda. Sebagian bahkan berbeda jauh dari yang saya maksudkan. Ini bisa terjadi pada mereka yang membaca sampai tuntas. Maka, apalagi yang tidak tuntas? =p

ketiga, tulisan semacam ini, apabila tidak didiskusikan dengan benar dan hanya setengah-setengah seperti ini bisa menimbulkan salah penafsiran, bahkan "menyesatkan" buat yang langsung membaca tanpa ditelaah ulang. Semoga pembaca yang budiman tidak demikian...

Dan ketiga hal itu sepertinya cukup untuk mengurungkan niat saya menuliskan episode 2 dari tulisan "keajaiban" =) --> daripada lebih menimbulkan persepsi yang makin jauh sama yang dimaksud =p


Sampai jumpa pada tulisan berikutnya =D

semoga masih mau berkunjung...



NB : Tulisan ini untuk Kita... untuk cerita Kita... untuk malam-malam yang Kita lalui dalam mencari sebentuk ridho dan keikhlasan... =)
Meski kadang lelah dan kantuk mengalahkan kerinduan... dan kadang cinta memaksa derasnya air mata...
Semoga Kita selalu bersama.